Memahami Konsep Pemanfaatan Komputer Low-end dengan Metode “Selaring”
Pernah terpikirkan bagaimana cara memanfaatkan laptop lama agar bisa dipakai selama masih bisa nyala untuk keperluan tertentu, mungkin ini salah satunya.
Nama yang aneh. Aku paham. Tetapi aku di sini mencoba untuk menulis sebuah artikel yang menjelaskan sebuah metode pemanfaatan komputer dengan spesifikasi seadanya, atau bahkan lawas dengan metode “Selaring” sembari mendengarkan album “Togeari” dari Togenashi Togeari. Jadi perhatikan dulu sebentar.
Kita tahu bahwa banyak perangkat komputer, terutama laptop yang dijual dengan harga terjangkau karena memiliki spesifikasi yang memang seadanya. Di antaranya ada yang memang bagus di harga segitu, tetapi ada juga yang justru terasa hampir gak bisa dipakai dengan lancar. Banyak hal yang menjadi faktor. Dan tidak sedikit pabrikan yang membuat laptop dengan desain internal yang sudah disolder satu sama lain sehingga membuat proses untuk upgrade RAM atau penyimpanan menjadi tidak mungkin. Sudah tahu beli yang memiliki RAM 4 GB saja, eh malah tidak bisa di-upgrade. Dengan kasus yang seperti ini, saat laptop tersebut sudah tidak digunakan yang tentu saja dalam waktu dekat pasca pembelian, laptop itu akan menjadi e-waste, sebuah isu yang masih hangat hingga sekarang ini.
Solusinya memang untuk mencoba menghindari produk yang sedemikian rupa, atau malah membeli laptop bekas yang setidaknya dalam kondisi yang mendingan. Masih ada opsi laptop dari beberapa tahun yang lalu yang masih bisa di-upgrade dan memenuhi spesifikasi minimun untuk sistem operasi yang modern. Sama seperti sampah pada umumnya, kita bisa mengurangi penggunaaan laptop yang lebih cepat menjadi sampah seperti laptop dengan spesifikasi rendah tetapi sudah di-upgrade atau kita bisa menggunakan ulang laptop lama dengan membeli laptop bekas, atau bahkan kita masih memiliki laptop lama kita di lemari. Lebih baik digunakan selagi bisa juga tidak ada salahnya.
Membeli komputer yang biasa-biasa saja memang biasanya ditujukan untuk pengguna yang masih menempuh sekolah, pegawai biasa, manula, atau seseorang yang memang tidak memerlukan performa yang lebih. Kebutuhan seadanya, apalagi budget juga seadanya, mending spesifikasi yang seadanya juga. Tetapi kembali ke topik mengenai e-waste tadi, bagaimana kalau memberikan kepada mereka ini laptop yang bekas saja yang setidaknya masih mumpuni? Ini bisa jadi salah satu solusi yang tepat.
Tetapi bagaimana dengan dengan performanya nanti? Mengingat bahwa Windows sekarang tanpa dimodifikasi memang cukup memberatkan. Okelah untuk laptop yang masih dapat di-upgrade, kalau yang sudah disolder jadi satu makin ngos-ngosan nantinya. Menggunakan Linux sebagai alternatif adalah salah satu cara yang bisa ditempuh, tetapi belum tentu semua orang “mau” untuk menggunakannya. “Mau” ini dalam catatan memang mau untuk belajar menggunakannya. Mengingat masih banyak orang yang seakan ingin sekali menolaknya ketika diberi saran ini. Modifikasi Windows juga sekarang sebenarnya sudah cukup marak, baik dari tweak kecil-kecilan atau membuat ISO modifikasi dengan menghilangkan beberapa komponen yang dirasa tidak perlu. Tetapi kadang ada saja cobaan ketika menggunakannya kelak.
Sebenarnya selain mencari pengguna yang cocok, kita bisa melihat bagaimana laptop itu digunakan nantinya. Mengapa demikian? Yang perlu dicatat dalam masalah sistem operasi apa yang akan digunakan nantinya pada laptop tersebut biasanya berkaitan dengan alasan aplikasi yang tidak akan bisa berjalan atau familiaritas pada sistem operasi tersebut atau bahkan mengenai bug atau galat karena komponen yang hilang saat ingin menjalankan suatu aplikasi (apalagi yang ada pada instalasi Windows yang telah dimodifikasi). Kalau kembali pakai Windows yang masih vanilla, terasa berat, bukan?
Tetapi bagaimana kalau kita pakai saja yang sudah dimodifikasi, tetapi kita pakai hanya untuk akses internet saja menggunakan browser tanpa menggunakan aplikasi pada desktop. Murni hanya untuk membuka browser. Seharusnya dari sini kita bisa melihat potensi penggunaan laptop lawas yang bisa memanfaatkan Windows yang telah dimodifikasi tetapi masih dapat digunakan secara maksimal di samping tidak terlalu dibebani proses selain browser. Metode ini aku namai “Selaring”, semua dilakukan secara daring. Walau tidak dibatasi pada akses di dalam browser, kita masih dapat menggunakannya untuk hal-hal mendasar seperti memutar berkas media seperti audio atau video secara lokal yang tidak terlalu membebani atau mengedit dokumen yang sederhana, menggunakan Microsoft Office atau alternatif FOSS yang sejenis. Tidak hanya untuk laptop yang menggunakan Windows yang telah dimodifikasi, tetapi cocok juga untuk distro Linux apapun dengan pengaturan yang minimal.
Loh, bukannya gak ada bedanya dengan yang biasanya kita lakukan sekarang, gumam dirimu dalam hati saat membaca sampai sini, kurasa. Memang, tetapi di sini aku lebih menekankan bahwa karena sekarang hampir semua hal juga dilakukan secara daring dan akses internet dalam menggunakan komputer, atau laptop pada topik ini merupakan hal dominan yang kita lakukan, maka kita fokuskan saja ke sana.
Alasan aku mengutarakan hal ini juga karena kebetulan sedang menggunakan sebuah instalasi Windows 10 LTSC 1809 modifikasi bernama Aspect10. Saat pertama kali selesai instal, sistem hanya memakan 0,9 GB dari 8 GB di RAM dan untuk penyimpanannya hanya memakan 9 GB. Modifikasi ini memang cukup fantastis dibandingkan dengan yang sudah pernah aku coba, walau sebenarnya juga tidak begitu sebanding. Mengingat Windows yang digunakan di sini adalah versi Windows yang sudah berusia hampir 6 tahun dan banyak fitur yang cukup ketinggalan. Belum lagi karena modifikasi ini cukup niat, banyak hal yang sudah hilang di instalasi ini. Bahkan untuk pintasan ke Settings yang biasa dipanggil dari klik kanan di desktop untuk mengubah personalisasi dan fontasi aksara Jepang pun juga hilang. Isu kecil, tetapi ngeselin kalau butuh.
Tetapi di samping itu, menggunakan laptop bekas untuk menghindari e-waste adalah hal yang bagus. Setidaknya masih bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih kecil dan sederhana. Mungkin bisa jadi perangkat kedua atau bisa untuk selayaknya konsep dumb phone dengan kemampuan yang terbatas untuk menunjang produktivitas tanpa adanya distraksi yang beragam. Sistem operasi apapun bisa dimanfaatkan, juga bisa dioptimalisasikan dahulu maka semakin maksimal. Semua ini bisa digiatkan untuk dapat bisa menjaga lingkungan di sekitar kita tidak mudah tercemar limbah elektronik yang kita buang saat tidak dipakai kelak.